semuanya sedang menunggu police line dibuka, untuk membereskan puing-puing, berharap masih ada sesuatu yang tersisa yang masih bisa diselamatkan. ada juga yang sibuk menimbang kertas-kertas yang tersisa, entah untuk apa. yang kiosnya tidak terbakar, sibuk membereskan kembali kiosnya. beberapa masih ada yang berjualan ditengah kegelapan dan suasana yang rusuh.
samar-samar terdengar gosip tentang renovasi yang kemungkinan besar akan dipaksakan pemerintah atau pengembang. samar-samar juga masih ada obrolan tentang asal muasal kebakaran yang masih simpang siur. hanya jamnya yang jelas, kebakaran mulai jam setengah empat pagi. gw berkeliling, mencari lagi wajah-wajah yang dikenal, hanya ingin menyapa, hanya ingin bilang kalo gw juga sedih dengan kejadian ini. pelan-pelan bertemu, dengan bapak yang jaga di kios melati, menatap, tersenyum sedih, lalu dengan ibu panjang, pemilik densiko, kami berpelukan, tanpa kata, ngga' kerasa, air mata gw menetes. setelah itu gw masih bertemu dengan beberapa orang, tapi gw juga pelan-pelan merasa kalo gw harus secepatnya pergi karena gw ngga' kuat berada disitu.
berjalan menyusuri lorong yang selamat, yang tidak ikut terbakar, menyusuri kios-kios yang masih utuh, dalam keadaan gelap karena listrik diputus pln, gw masih merasa sedikit tak percaya. gw ngga' tau apa arti tempat ini buat orang lain, tapi buat gw tempat ini berarti banyak. gw belajar banyak dari sebagian orang yang kiosnya terbakar ini, belajar menyayangi buku, belajar merawat dan memperlakukan buku dengan baik. belajar mengenali kebaikan buku, yang meski sebagian orang bilang kalo mereka hanya memperlakukan buku sebagai barang jualan, justru dari tangan mereka kemudian buku-buku ini sampai ke tangan orang banyak. meski mereka mungkin tak mempelajari apa yang mereka jual, tapi dari mereka, gw belajar kalo buku juga memberi kehidupan lain selain pengetahuan, memberi mata pencaharian. gw sedih banget ngeliat tumpukan kertas yang terbakar, menghitam. apalagi ngeliat jejeran buku yang masih rapi dirak, semuanya hitam. masih terngiang ucapan ibu panjang saat gw bilang kalo gw mau pergi, dia bilang, semoga secepatnya bisa kembali berjualan, karena stok buku dirumah masih ada.
semoga tempat ini ngga' lantas dimanfaatkan pengembang yang cuma nyari keuntungan dan kemudian berubah jadi tempat mewah bernama mall dan kehilangan keramahannya.
FYI, di tahun 90-an, lupa persisnya kapan, pasar palasari ini pernah juga mengalami kebakaran besar yang menghanguskan semua. jadi ini kebakaran besar yang kedua.
[iit, pengelola omuniuum]
1 comment:
Bagi yang tidak sempat ke lokasi, berikut ada bbrp foto yang bisa dilihat di http://inijack.blogspot.com/ , semoga terbantu.
Post a Comment